Karena Cinta, Sulasih bisa membaca

Tahun ajaran 2022/2023 merupakan tahun keberuntungan bagi saya. Karena saya diberi amanah membersamai kelas 1 yang  cerdas-cerdas dan cekatan.  

 Ketika mereka belajar  di PAUD pun, saya sudah mengamati perkembangan mereka. Karena sekolah PAUd leteknya berdekatan dengan rumah saya. Ada Husna Aulia, Pujiah,Akbar, Mutiara Kasih, Suningral Al Mahyra dan masih banyak lagi yng sudah lancar membaca menulis dan berhitung ( Calistung) dari sejak usia 5 tahun. Bahkan ada yang masih PAUD sudah hatam quran. 

Saya merasa senang bisa membersamai anak-anak hebat ini. Dengan adanya anak-anak yang sudah lancar membaca, mereka bisa membantu saya di dalam kelas untuk menjadi tutor sebaya. Banyak pembelajaran yang anak-anak dapat dari sistem tutor sebaya ini. Pertama mereka bisa berbagi ilmu kepada teman-temannya. Kedua, mereka bisa saling tolong - menolong, ada kedekatan khusus antar teman dan hal ini tentunya sangat membantu guru dalam belajar. 

Disamping banyak siswa yang sudah lancar membaca, tetapi ada juga yang masih membacanya dieja, baru mengenal beberapa huruf ada juga yang sama sekali masih kosong. Ibarat kertas yang belum ada coretan apapun. Siswa yang belum menguasai calistung biasanya tinggal bersama neneknya, tidak sekolah paud atau memang orang tuanya terlalu sibuk mengurus anak-anaknya yang masih kecil. Sehingga tidak mempunyai waktu untuk membimbing anaknya belajar di rumah. Hal ini terjadi pada satu siswa saya yang bernama Sulasih. Ia anak perempuan kecil, mungil dan pendiam. Setiap kali belajar selalu duduk di pojok. Entah minder pada teman-temannya atau memang malu karena belum bisa apa-apa. 

Pada saat semua asyik belajar, Sulasih hanya terdiam dan tidak menulis apapun baik huruf-huruf yang saya perlihatkan melalui kartu huruf, maupun bacaan yang saya siapkan di papan tulis. Begitu pula dalam berhitung. Kartu angka -angka yang saya perlihatkan, sama sekali tidak direspon. Padahal semua teman sekelasnya sangat antusias dalam belajar, sedangkan dia, hanya duduk terdiam. 

Setelah anak-anak yang lain beristirahat, saya memanggil Sulasih dan mencoba mendekatinya secara pelan-pelan. Hari itu pembelajaran yang anak-anak dapat yaitu matematika menghitung jumlah benda. Saya mencoba 

Melakukan tes lisan kepada Sulasih dengan memperlihatkan jumlah gambar benda yang ada di buku paket. Ketika saya menunjuk benda yang berjumlah 3, Sulasih malah menjawabnya beda dengan benda yang saya tunjuk.  Ketika saya menunjuk 5 benda, ia menjawab jumlah benda tersebut jumlahnya 3. Selalu begitu walaupun telah saya ulang sampai berkali-kali. 

Akhirnya saya berfikir untuk mencari jalan keluar dari masalah yng Sulasih hadapi. Saya mencoba menerapkan pembelajaran dari  tahapan enaktif terlebih dahulu. Dimana pada tahap ini, siswa mengenal benda konkrit yaitu benda- benda yang ada di sekitar.

 Saya juga mencoba menggunakan kartu mainan atau gambar- gambar yang biasa mereka bawa dari rumah  untuk bermain ketika waktu istirahat. Setelah lancar tahap enaktif, saya mencoba menggunakan tahap selanjutnya yaitu tahap ikonik. Dimana pada tahap ikonik, siswa diberi pembelajaran berupa gambar-gambar. Baik gambar dari buku paket dari internet atau yang sengaja dibuat oleh guru di papan tulis. Pada tahap ini, saya merasa sedikit kewalahan. Karena harus mencari gambar-gambar atau saya sendiri yang membuat gambar-gambar tersebut. Butuh keahlian, ketelatenan dan kesabaran tentunya. Karena kondisi saya yng seharusnya menggunakan waktu istirahat bersama guru-guru dikantor, akhirnya waktu kebersamaan itu saya  

Sampingkan karena lebih mengejar target agar siswa yang belum bisa calistung segera dapat menyesuaikan diri dengan teman - temannya.Perlu waktu cukup lama dalam tahap ikonik ini. Saat itu hampir 2 bulan baru terasa ada kemajuan. Hal ini lebih lama  karena daya ingat siswa yang mudah lupa juga mempengaruhi daya tangkapnya . Setelah saya amati, Sulasih menunjukkan banyak perkembangan. Tahap ke tiga, saya melanjutkan pembelajaran dengan tahapan simbolik. Dimana pada tahapan ini, siswa sudah tidak lagi menggunakan benda konkret atau gambar - gambar dalam belajarnya. Dalam tahap ini, siswa diberi angka atau simbol-simbol simbok seperti 2 + 5 = dan seterusnya. Sulasih tampak senang. Kini Sulasih sudah bisa belajar mandiri. Saya merasa bangga pada diri sendiri karena saya bisa membuktikan dengan kegigihan, keuletan, kesabaran dari seorang guru dalam menghadapi gaya belajar murid- muridnya, hal ini akan berdampak pada keberhasilan yang dan kemajuan belajar siswa yang luar biasa.Hal ini membuat orang tua siswa tercengang dan berdecak kagum. melihat banyaknya kemajuan pada Sulasih.   

Tentunya pendekatan secara pribadi juga perlu dilakukan agar kita tau kondisi dan kepribadi siswa tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Terkait Menulis di Blog

Narasumber Bertangan Dingin

Menulislah Maka Hidupmu Penuh Warna