Tradisi Ngatir di Kampung Halamanku

 

Ada sebuah tradisi yang setiap tahun selalu dilakukan di kmpung halamanku. Tepatnya di kmpung Cipunglu. Sebuah kampung yang sangat jauh dari keramaian kota. Namun masih memiliki Tradisi agama dan budaya yang kuat sebagai tanda syukur kepada Allah SWT.

Tradisi ini sangat menarik bagi semua warga dikampung Cipunglu . Yaitu tradisi Ngatir. Pelaksanaannya  pada bulan Sa'ban.  Dimana pada bulan Sa'ban ini adalah bulan  di

tutupnya buku catatan amal manusia selama satu tahun. Pada bulan ini, manusia harus membersihkan atau mensucikan hati. Karena seluruh umat Islam akan memasuki bulan yang sangat mulia yaitu bulan suci ramadhan.

Sebelum dilakukan prosesi Ngatir, malam harinya seluruh warga kampung membaca yasinan bersama-sama di mushola sebanyak tiga kali. Niat pembacaan Yasin yang pertama memohon kepada Allah agar diberi umur panjang untuk taat kepada Allah SWT. Setelah selesai pembacaan Yasin pertama,  dilanjutkan dengan pembacaan Yasin yang kedua dengan niat agar diberi rizki yang berkah dan halal untuk bekal beribadah kepada Allah SWT. Begitupun dengan pembacaan Yasin yang ketiga, niat dalam hati agar ditetapkan iman Islam untuk beribadah kepada Allah SWT. 

Usai pembacaan Yasin sebanyak tiga kali, dilnjut dengan zikir bersama yang tujuannya sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Acara selanjutnya berdoa bersama yang dipimpin oleh kiyai setempat. Semua Begitu khusu dan suasana terasa khidmat. Yang terdengar hanya suara keras anak-anak menimpali doa pak Kiyai dengan ucapan Aamiiin. 

Keesokan harinya, pukul 07.00, warga kampung Cipunglu berkumpul kembali di mushola. Semua warga membawa bakul yang berisi nasi, ayam, mie, dan minuman. Anak - anak ikut larut dalam kegembiraan acara Ngatir ini. Ada yang satu keluarga 3 orang ada yang 4 orang ada juga keluarga besar sampai 5 orang. 

Dalam acara ini, selain sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diterima, kegiatan ini juga sebagai ajang silaturahmi antar warga, menumbuhkan rasa empati dan tentunya mewariskan budaya gotong- royong pada generasi muda. 

Anak-anak sangat senang. Terdengar gelak tawa anak-anak memecah keriuhan warga yang sedang membagi- bagi berkat setelah acara tawasul usai. Anak-anak juga ikut menyaksikan acara pembagian berkat oleh orang tua dengan cara membuat barisan yang panjang agar semua warga kebagian, baik yang hadir maupun yang tidak. 

Anak-anak ikut membantu orang tua mengoper berkat secara estafet  pada semua warga yang hadir. 

Sebagian anak-anak, ada  yang disuruh mengantarkan berkat pada ibu-ibu lansia dan warga yang kurang mampu yang pada saat itu tidak hadir ke mushola.

Setelah hancengan dibagi rata, semua warga masyarakat pulang dengan membawa berkat. Masing-masing dan makan bersama keluarga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Terkait Menulis di Blog

Narasumber Bertangan Dingin

Menulislah Maka Hidupmu Penuh Warna