Ada Hikmah Dibalik Libur Sekolah
Namaku Laila Anjani. Aku
duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Aku dan keluargaku tinggal disebuah
perkampungan yang masih asri dan dekat dengan pesawahan. Sebelah kanan rumahku terhampar
sawah yang cukup luas. sebelah kiri rumahku ada beberapa petak sawah,
pohon-pohon yang besar dan rindang sehingga menambah teduh suasana rumah. Di
belakang rumah tampak air mengalir sangat jernih sehingga menambah suasana
lebih nyaman.
Aku tinggal bersama ayah, ibu dan adikku yang
masih berusia 3 tahun. Setelah pembagian raport semester ke-1 aku dan
keluargaku berencana untuk berlibur ke sawah sekaligus memanen padi yang sudah
mulai menguning.Bahkan hampir kecoklat-coklatan. Itu tandanya padi sudah siap
dipanen.
Saat malam
tiba,sepulang dari pengajian, Aku biasanya bermain di depan rumah bersama adiku
sambil memandangi terangnya cahaya Rembulan. Kulihat di atas langit tampak
bintang kerlap-kerlip memancarkan cahaya menambah kegembiraan hatiku saat bermain.
Pada saat aku bermain,
tiba-tiba ibu menghampiri sambil membawakan pisang goreng yang masih panas “Nak,
sini dulu. Berhenti sebentar mainnya, ibu bawa pisang goreng nih.” Kata ibu
sambil menyodorkan piring yang berisi pisang goreng yang masih panas. “Asiiiik,
pasti enak nih.” Kataku sambil menjulurkan tangan mengambil pisang goreng yang
ada di atas piring. “Besok ibu sama ayah mau memanen padi di sawah. Kamu mau
ikut tidak?” Kata ibu sambil menuangkan teh hangat ke dalam gelas. “Tentu aku
mau Bu, kan sekalian aku bisa liburan di sawah, bantu ibu sama ayah memetik
padi. Pasti seru” jawabku sambil tertawa penuh semangat.
Pagi hari terdengar
jam dinding di rumahku berdenting tujuh Kali. Itu tandanya Sekarang pukul 07.00
pagi. Aku, Ibu, Ayah dan adiku siap berangkat ke sawah. Ayah sudah siap membawa
karung, cerulit dan peti untuk menampung padi yang akan dipanen. Tugasku membawa bekal seperti nasi,
lauk,makanan dan air minum. sedangkan ibu mendorong gerobak kecil untuk membawa
hasil panen nanti ketika pulang dari sawah. Ibu mendudukan adik di atas gerobak
dan mendorongnya dengan pelan-pelan.
Tiga puluh menit
telah berlalu, kini aku dan keluargaku telah tiba di sawah. Aku langsung sigap
mengambil cerulit yang berukuran kecil dan langsung terjun ke sawah membantu
Ayah yang sudah mulai memotong batang padi. Aku terlebih dahulu memperhatikan
bagaimana ayah memotong padi.” Hati-hati nak, awas cerulitnya tajam. Nanti kena
tangan” kata ibu mengingatkanku dengan suara yang kencang. “ Iya Bu, aku juga
akan hati-hati.”
Aku dan ayah memotong batang padi. Padi yang
telah dipotong disimpan di pinggir sawah biar ibu lebih mudah mengambilnya.
Batang padi yang sudah terkumpul, dipukul-pukulkan ke dalam peti oleh ibu
sampai buah padinya rontok dan berjatuhan dari tangkainya.
Tak terasa
waktu sudah siang, Kulihat peti pun sudah mulai hampir penuh. Karena ayah dan
ibu bekerja begitu cekatan. Mungkin karena mereka telah terbiasa tiap tahun
memanen padi. Sehingga lima petak sawah bisa selesai dalam waktu sekejap.
Setelah selesai memanen padi, kami segera Istirahat di tempat yang teduh sambil
membuka bekal yang telah dibawa dari rumah. Kulihat Ibu dan Ayah terlihat
sangat lelah. Tampak keringatnya bercucuran dan bajunya penuh dengan lumpur.
Aku segera menghampiri mereka. “Ibu sama ayah capek ya?” kataku sambil
menyodorkan makanan yang dibawa dari rumah. “Iya nak.” kata ibu dengan singkat.
Suaranya pelan sepertinya sudah lelah sekali. Sedangkan ayah hanya mengangguk
pelan sambil mengipas-ngipaskan topi ke wajahnya.
Hari hampir sore,
kami baru selesai memanen padi di sawah.
Saat kami hendak pulang ke rumah,
tiba-tiba hujan turun deras sekali. Terpaksa kami menunggu sampai hujannya reda. Tapi lama-kelamaan
hujannya tak kunjung reda. Malah semakin lebat dan disertai angin kencang. Kulihat
sekeliling sawah suasana sudah mulai gelap. Ayah memutuskan untuk segera
mengajak kami pulang supaya tidak kemalaman.
“Ayo, kita segera pulang. Sepertinya hujannya
tak kunjung reda” kata ayah sambil membereskan barang-barang yang akan dibawa
pulang. Akhirnya aku dan ibu menuruti perkataan ayah. Terpaksa kami harus
menembus derasnya hujan. Kami langsung bergegas pulang. Hasil panen tahun ini
lumayan sangat banyak, sehingga tidak bisa dibawa oleh ayah sendiri. Aku membantu
ayah membawa padi di atas gerobak. Sedangkan ibu menggendong adik kecil karena
jalanannya sangat licin. Aku mendorong gerobak berisi padi. Pada saat itu, padi
yang aku dorong terasa sangat berat karena muatannya penuh, ditambah jalanannya
yang licin sehingga roda gerobak tidak bisa berputar.
Saat itu, aku merasa kewalahan mendorong
gerobaknya. Tiba-tiba hatiku merasa
kesal. Aku sampai marah-marah kepada ibu karena aku cape dan lelah. Saat itu pikiranku
penuh dengan amarah. Tak berpikir panjang,akhirnya aku membuang-buang sebagian
padi yang ada di atas gerobak supaya bebannya tidak terlalu berat. Ternyata ibu
melihat perbuatan yang sedang kulakukan dan ibu pun memarahiku. “Hei, kenapa
kamu buang-buang padinya? kan sayang Nak!” “Biarin aja sih Bu, mana mungkin
coba gerobak kita bisa jalan kalau
padinya terlalu penuh.” kataku sambil terus membuang-buang padi yang ada di atas
gerobak sambil marah-marah dan kesal. Akhirnya padi yang ada di dalam gerobak
tinggal sedikit lagi.
Karena cuaca hujan dan medan
jalan yang sangat licin, kami tiba di rumah hampir maghrib. Aku langsung
bergegas mandi. Selesai mandi,aku mendengar dari kamar ibu, adik menangis
merengek meminta makan. Rupanya adik sedang lapar. Kulihat Ibu bergegas pergi
ke dapur untuk mengambil nasi yang ada di dapur.
Tiba-tiba, ibu tampak
bingung dan heran karena nasi yang ada di dapur hilang entah ke mana. Karena ibu
tidak menemukan nasi di dapur, ibu segera pergi ke kamar sebelah untuk mengecek
beras.Tetapi alangkah kagetnya karena ibu juga tidak mendapatkan beras yang
biasa disimpan di dalam kamar. Akhirnya Ibu berteriak memanggilku dan Ayah. Ibu
menceritakan kejadian hari ini padaku dan ayah. “Tadi ibu mau mengambil nasi
buat adik makan, tapi nasinya ko bisa tidak ada ya?” Kata Ibu seperti
kebingungan. “Ah masa sih, Bu.” kata ayah terlihat heran. “Iya, yah. aku tadi
sudah memastikan beras juga di kamar tidak ada entah ke mana. makanya aku heran.
Ayah juga tampak bingung
mendengar cerita ibu. “ Coba ayah lihat keluar. Jangan-jangan padi hasil panen
kita hari ini juga tidak ada?” kata ibu sambil membuntuti ayah pergi ke luar
rumah. Tiba-tiba ayah terkejut melihat karung dan peti yang tadi disimpan
diluar ternyata isinya juga kosong hilang entah kemana. Terlihat ibu berlari pergi
ke kamar untuk menenangkan adik yang sedari tadi menangis merengek minta makan.
Ternyata adik sudah tidur pulas.
“Ya sudah, Bu. Karena
ini sudah malam, besok saja kita cari lagi.” Dengan perasaan heran, aku juga
langsung bergegas pergi ke kamar untuk tidur karena mataku sudah sangat ngantuk.
Aku merasa hari ini sangat lelah setelah membantu ayah dan ibu memanen padi
lalu pulangnya mendorong gerobak. Tubuhku terasa pegal dan sakit-sakit. Aku
langsung rebahan dan mengambil selimut. Sebelum tidur, seperti biasa aku berdoa
terlebih dahulu. Setelah berdoa, aku langsung tidur .
Saat sedang tidur,
tiba-tiba aku bermimpi didatangi segerombolan padi . Mereka tidak berhenti
mengejarku. Aku sangat ketakutan. Aku pun berlari dengan kencang. Tapi
segerombolan padi itu terus-terusan mengejarku hingga membuatku terjatuh.“Hei,siapa
kalian? kenapa kalian mengejarku, apa salahku?” kataku dengan sedikit gemetar. Segerombolan
padi itupun menjawab. “Kamu orang yang tidak tau berterimakasih. Tadi siang
kamu telah membuang-buang padi di jalan bukn? Kamu tahu tidak begitu susahnya
orang mendapatkan padi, tetapi kamu malah membuang-buangnya begitu saja. Kamu jangan heran kenapa nasi dan beras yang
ada di rumahmu hilang. Karena aku sangat benci terhadap orang yang membuang-buang
aku.” kata segerombolan padi itu dengan nada marah sambil memukul tubuhku
dengan se ikat padi. Buk..buk…buk…
Tolong…..tolong….aku
menjerit meminta pertolongan. Aku terperanjat kaget. Ternyata ibu
membangunkanku dari mimpi. “Nak, bangun. Kamu kenapa? Kamu mimpi?” kata ibu
sambil duduk disamping dan langsung memeluk erat tubuhku.”Iya, bu. Barusan aku
mimpi di kejar segerombolan padi karena aku kager, akhirnya aku terbangun. Ternyata
aku cuma mimpi. Aku duduk termenung di atas ranjang sambil memikirkan perbuatan
yang telah kulakukan sore tadi. Aku menyesali perbuatanku tadi siang, bu. Karena
telah berani membuang-buang padi. Karena ulahku tadi, akhirnyakita harus
kehilangan beras dan padi yang telah dipanen tadi sore, Bu. “Aku merasa
menyesal,maafkan aku, Bu. Aku berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu
lagi.
#CeritaLiburanSekolah
#Sabtu21Desember
#SriMulyati
Komentar
Posting Komentar