Bismillah 

Pebruari 2019, saya bersama suami berencana menunaikan ibadah umroh ke Baitullah. Pada saat itu saya bersama suami segera mendaftarkan diri ke travel wisata mandiri yang ada di daerah Rangkasbitung. Yaitu travel Makrif. Pada saat saya dan suami mendaftar, petugas travel menanyakan penawaran  kesiapan keberangkatan. "Apakah mau bulan Januari ini  lngsung atau mau bulan depan? " Pada saat itu Sumi saya menginginkan berangkat di bulan Januari. Karena rasa rindunya pada Baitullah sudah semakin kuat. Sedangkan saya pribadi merasa belum siap. Dari segi mental. Saya ingin punya persiapan yang matang dalam menjalankan ibadah. Saya ingin lebih lama berlatih baik bacaannya maupun tata cara ibadahnya. Akhirnya suami saya mengalah. Kami memilih berangkat pada bulan Februari. Setiap hari, saya selalu mencari dan membaca- baca tatacara pelaksanaan ibadah umroh. Selain itu, saya juga mencari cari d google barang barang apasaja yang harus dibawa ketika umroh. Pada saat itu mental saya yang tadinya merasa takut, kini mulai terbuka, mulai semangat meskipun dalam hati ada rasa tidak percaya. Kadang merasa takut tidak jadi atau ada kendala yang membuat saya dan suami tidak bisa berangkat. 

Malam hari. Saya mendapat informasi pelaksanaan manasik umroh yang ke tiga kalinya dilakukan di kantor KBIH makrifat sekaligus akan ada informasi penting terkait keberangkatan. Pagi- pagi sekali saya sudah bangun. Karena jadwal manasik umroh dilaksanakan dari pukul delapan. Agar tidak ketinggalan, kami berangkat pukul 06.00 pagi hari agar tidak ketinggalan informasi. Namun ketika diperjalanan ada seekor kucing yang lalu lalang menghalangi jalan mobil kami lewat. Saya sempat berfikir jangan- jangan ada pertanda yang kurang baik. Tapi perasaan itu segera di tepis dan meyakinkan hati bahwa itu hanya sebuah kebetulan saja.

Pukul 07.55 kami tiba di parkiran depan Rabinza. Kami bergegas menuju KBIH Ma'rifat yang ada di lantai atas. Kami tamu-tamu Allah di sambut oleh petugas dengan ramah menuju tempat manasik umroh. Ternyata acara pembukaan sudah dimulai dengan pembacaan talbiyah oleh bunda Mirfat yaitu Hj. Holilah. Saat lantunan talbiyah ku dengar, hatiku gemetar. Tak terasa air mataku menetes dari sudut mata. Aku merasa sudah berada di Baitullah. Perasaan ini semakin kuat, rindu pada Baitullah semakin menggebu. Apalagi ketika ditampilkan tayangan-tayangan tempat suci di kota Mekah, Madinah serta yang membuat aku semakin semangat untuk segera berangkat pada saat bunda menjelaskan tempat yang bernama taman surga atau Raudah.  

Dimana jika kita berdoa di tempat suci ini, doanya tidak ada yang tertolak.

 Setelah dua jam manasik haji, dengan berat hati bunda Mirfat menyampaikan berita duka. Bahwa keberangkatan umroh Februari 2019 ditunda dengan waktu yang tidak pasti. Karena saat itu wabah Corona sedang merebak di wilayah Wuhan,Cina.

Pada saat itu hati saya tidak karuan. Ketika saya sudah siap secara mental, ternyata Allh berkehendak lain. Takdir untuk berkunjung ke Baitullah mungkin belum saatnya. Sepulang dari manasik, saya dan suami ngobrol banyak hal terkait berita penundaan keberangkatan umroh ini." Coba kalau pada saat kita ditawari mau bulan Januari kamu siap, mungkin kejadiannya tidak seperti ini" Kata suamiku seolah-olah menegur dan mengingatkanku. "Iya, maaf. Aku Khan cuma ingin memiliki persiapan yang lebih maksimal aja" timpalku aga sedikit emosi. Akhirnya kita sama-sama menyadari bahwa memang jalan Tuhan yang terbaik yang harus kita terima. 

Semakin hari berita covid 19. Semakin merebak bahkan tidak hanya di daerah Cina, tetapi sudah menjalar ke berbagai negara termasuk Indonesia. Gejala penderita covid 19 yaitu sesak nafas, batuk, tidak punya penciuman bahkan lebih parahnya menyebabkan kematian. 

Pada saat itu, di kampung halamanku sudah mulai ada yang terjangkit. Karena banyak warga yang pulang dari kotaenye Arkan virus dan sepertinya itu virus yang sedang marak yaitu Corona. Aku merasa wae-was hawatir terjadi hal-hal yang tidak diharapkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Terkait Menulis di Blog

Narasumber Bertangan Dingin

Menulislah Maka Hidupmu Penuh Warna